Gamelan itu Tempat BERMAIN & Mengekspresikan SPIRITUALITAS


     Gamelan adalah seperangkat alat musik tradisional yang kian berkembang hingga ke mancanegara, seperti Belanda, Amerika, bahkan Inggris. Banyak orang mancangera yang gencar belajar bermain dengan gamelan. Bermain di sini dapat dikatakan bahwa gamelan, secara othak-athik gathuk berasal dari kata ‘game; main; bermain’ dan ‘land; pulau; tempat’. Maka kita dapat mengatakan bahwa gamelan adalah tempat bermain. Menurut Romo Driyarkara, bermain itu menyenangkan tetapi kita jangan sampai dipermainkan oleh permainan.             
            Tempat bermain identik dengan sekumpulan orang yang sedang bahagia saat bermain dengan berbagai bentuk permainan yang beragam jumlahnya. Sejalan dengan hal ini, Romo Banar juga mengatakan bahwa orang yang bermain gamelan itu menimbulkan kebahagiaan. Suasana bahagia seseorang yang timbul itu tentu saja tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi dinikmati secara bersama-sama. Semua orang dapat bermain gamelan, dan tidak ada batas usia di antara pengrawit. Hal ini sangat terlihat bagaimana pengrawit tidak dapat bermain gamelan seorang diri. Begitu pula Kodrat (1982) menyatakan jangan sampai ada suatu gap dengan sesepuh yang benar-benar mumpuni (ahli) dalam dunia seni dan budaya.
Di tempat bermain yang menyenangkan ini terdapat bermacam-macam permainan, yaitu kendhang, demung, saron, peking, slenthem, gender, bonang, kenong, kethuk kempyang, suling, siter, celempung, dan gong. Alat-alat permainan ini dapat menimbulkan musik yang sangat harmonis. Secara umum berfungsi sebagai pengiring tari-tarian, pengantin, lagu, dan lain sebagainya yang berestetika sangat indah dan harmonis.
            Dalam kaitannya dengan berbagai macam fungsi gamelan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, ada makna terselip dari tiap instrumen gamelan. Bonang barung dan bonang penerus berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi yang jika kita dengar berbunyi nang saat bonang ini ditabuh. Kata nang ini diartikan sebagai sadar yaitu agar manusia setelah lahir harus terus berfikir dengan hati yang jernih sehingga keputusan yang diambil penuh dengan kesadaran.
Kendhang berasal dari kata kendhalining padhang yang berarti segala keinginan harus dikendalikan dengan pikiran dan hati yang bersih sehingga membawa kebaikan bagi banyak orang. Kendhang merupakan pimpinan dalam permainan musik gamelan dan berperan mengendalikan irama cepat atau lambat dalam permainan gamelan.
Gong berarti agung/ besar karena gong merupakan alat musik yang paling besar. Gong bermakna bahwa Tuhan itu maha besar sehingga apa saja yang terjadi untuk mengingatkan manusia kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Sementara kempul merupakan salah satu instrumen gamelan, yang mirif dengan gong, hanya saja ukurannya lebih kecil. Kempul diartikan sebagai kumpul, yang bermakna agar manusia berkumpul bersama-sama dalam berdoa maupun bersosial.
Saron memiliki lima macam berdasarkan oktafnya. Kata saron berarti seru yang artinya keras. Saron ini bermakna agar dalam setiap usaha, bertindak, dan bekerja dilakukan dengan terus-menerus dan pantang menyerah dalam keadaan apapun. Sedangkan gender berasal dari kata gendera yang berarti bendera, bendera juga merupakan simbol permulaan. Pada pementasan wayang kulit gender sendiri sering dimainkan mendahului alat-alat musik lainnya.
Rebab merupakan salah satu alat gamelan yang dibunyikan terlebih dahulu jika gender tidak ada. Adapun makna filosofis dari rebab ini adalah tujuan atau keinginan dari suatu tindakan. Selain itu rebab juga bermakna agar manusia selalu melakukan tindakan yang baik terhadap sesama sebagai bentuk keimanan. Mengingat bentuk rebab adalah tanda salib. Lalu gambang berasal dari kata gamblang yang berarti seimbang dan jelas, yang menunjukan adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan kekal.
Suling merupakan salah satu intrumen musik gamelan yang terbuat dari bambu, adapun cara memainkan alat musik ini dengan cara ditiup hingga mengeluarkan bunyi. Suling berasal dari kata nafsu dan eling yang artinya harus selalu ingat kepada Tuhan dan eling dalam bertindak. Kethuk merupakan instrumen gamelan yang berbunyi thuk saat ditabuh. Kata thuk diartikan sebagai manthuk yang artinya setuju dan hormat, yang dimaksudkan agar manusia melaksanakan hukum-hukum Tuhan yang tertera dalam Kitab Suci.
Berdasarkan nilai spiritual, gamelan dijadikan sebagai sarana untuk menghayati upacara keagamaan. Gereja sendiri berperan aktif dalam melestarikan keberadaan gamelan di era modernisasi saat ini. Gamelan dijadikan untuk mengiringi lagu-lagu liturgi saat Perayaan Ekaristi, sehingga gamelan juga sebagai sarana membangun paguyuban umat beriman. Keberadaan gamelan diterima oleh umat sehingga dibentuklah gending liturgi atau gending gerejawi yang bernuansa kekatolikan.
Hal demikian tampak begitu indah sebab gamelan itu pada intinya bermakna “neng, ning, nung, gung, dan nang”. Neng berarti meneng (diam) yaitu menghentikan segala kegiatan fisik untuk fokus memusatkan pikiran konsentrasi. Ning berarti wening (hening) yaitu upaya berpasrah pada kehendak Tuhan. Sementara nung berarti dunung (paham) yang bermakna mampu merasakan kehadiran Tuhan di dalam dirinya. Gung berarti agung (besar) yaitu dalam keheningan dan kedunungan, manusia menghayati akan kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Dan kata nang berarti menang yang artinya di dalam naungan Tuhan, manusia akan menang mengalahkan kegelapan di dalam dirinya sendiri, dan mencapai kebahagiaan hidup yang sejati.
 Oleh karena itu, gamelan selain indah, harmonis, dan sebagai tempat bermain dan berkespresi juga berfungsi untuk sarana berdoa menyembah keagungan Tuhan Sang Pencipta, bentuk ekspresi spiritual. Peran gamelan dalam kehidupan sehari-hari juga sangat tampak pada keterlibatan masyarakat dalam bekerjasama dan bertoleransi. Itulah tempat bermain yang sejati.


Yogyakarta, 17 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Nusantara "Lembu Suro"

Cerita Rakyat Nusantara "Batu Golog"

Cerita Rakyat Nusantara "Pangeran Purbaya"