Cerita Rakyat Nusantara "Pangeran Purbaya"


Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta       
16. Pangeran Purboyo
            Sosok Pangeran Purboyo telah banyak didengar oleh masyarakat luas. Diceritakan bahwa berdirinya Mataram tumbuh menjadi dua aliran kekuasaan. Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan mendapatkan wahyu istana. Ketika keduanya sedang berkeliling di perkampungan sekitar istana, Ki Ageng Giring mendapatkan kelapa hijau. Namun, kelapa hijau tersebut justru diminum oleh Ki Ageng Pemanahan. Melihat itu, Ki Ageng Pemanahan berujar bahwa yang akan memangku istana Mataram adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan. Namun, suatu saat akan kembali kepada keturunannya. Isi wahyu di dalam air kelapa hijau tidak dapat ditafsirkan karena memang sulit. Apa yang terjadi pada kemudian hari benar-benar terjadi. Putra dari Ki Ageng Pemanahan yang berhasil mengalahkan Arya Penangsang saat berperang melawan Sultan Hadiwijaya. Atas kemenangan itu, Ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah bumi Mataram. Putra Ki Ageng Pemanahan yang bernama Danang Sutawijaya berhasil mengangkat diri dan mendirikan Kerajaan Mataram. Ia menjadi pemimpin yang sangat sakti dan disegani rakyat sehingga disebut dengan Panembahan Senapati.
            Dalam kisahnya, saat Panembahan Senapati akan mencari wahyu Suprit dan Sigagak di Gunung Kidul. Saat beristirahat di dalam gua di Delepih, dekat dengan padepokan, muncullah Rara Lembayung, seorang putri dari Ki Ageng Giring. Hal ini dilakukan oleh Ki Ageng Giring agar dapat mengembalikan kekuasaan istana wahyu kelapa hijau. Ternyata Panembahan Senapati terpikat oleh Rara Lembayung dan melahirkan Joko Umbaran itu. Pada kemudian hari,  Joko Umbaran dititipkan di padepokan Ki Ageng Mondoliko untuk mendekati Mataram. Namun, ternyata Joko Umbaran memiliki takdir sendiri, tidak sesuai seperti harapan kakeknya, Ki Ageng Giring. Ketika itu Joko Umbaran sedang merumput di sawah dekat dengan rumahnya. Lalu terdengar suara berat, “Owalah..... Orang bagus dan tampan kenapa menyabit rumput di tempat ini?”
            Joko Umbaran langsung menatap orang itu dan ternyata dia adalah Sunan Kalijaga. Seketika Joko Umbaran mengetahui maksud dari pertanyaan Sunan Kalijaga. Dalam hatinya, ia berkata bahwa tidak seharusnya ia berada di padepokan itu. Ia yakin bahwa ia mampu mendapatkan gelar dari ayahnya, Panembahan Senapati. Namun, agar mendapatkan gelar dari Mataram, ia harus berjuang menjadi seorang ksatria. Akhirnya atas restu Sunan Kalijaga, ia berhasil mendapatkan julukan Banteng Mataram atau Beteng-Beteng Mataram. Kesempatan terbuka lebar bagi Joko Umbaran, sebab Mataram sedang menyelenggarakan sayembara akbar. Sayembara tersebut mengatakan bahwa akan diadakannya perang. Jika memenangan perang maka akan mendapat gelar dan jabatan senapati (panglima). Dalam kesaktiannya belajar di padepokan, Joko Umbaran berhasil memukul pengikut sayembara perang yang unggul dari daerah barat, utara dan timur.
            Rahasia bahwa Joko Umbaran merupakan salah satu keturunan dari Panembahan Senapati, masih ia tutupi. Ia akan membuka rahasianya apabila sudah dapat embuktikan mampu membela kewibawaan Mataram. Lalu, datanglah pemberontak-pemberontak kerajaan dari daerah Madiun yang dipimpin oleh Adipati Jumuna. Pemberontak terus merajalela memukul kekuasaan Mataram secara bertubi-tubi. Para keluarga Kerajaan Mataram mengetahui bahwa pusaka Mataram, Kia Plered telah dicuri oleh Jalebang Adipati Pasuruan.
            Kesempatan Joko Umbaran mendapatkan gelat itu terbuka lebar. Ia yakin bahwa kesaktiannya dapat mengalahkan perang dengan kekuasaan daerah Jawa Timur. Kadipaten demi kadipaten berhasil dikuasai oleh Mataram. Namun kekuasaan Madiun terlalu sulit untuk dikalahkan. Kekalahan berkali-kali dialami oleh pasukan Mataram, terlebih rencana memboyong Kiai Plered, tombak pusaka Mataram kembali ke Kerajaan Mataram. Tugas ini diserahkan kepada Joko Umbaran. Maka, perang melawan Madiun dipimpin oleh Joko Umbaran. Dalam keyakinannya, Adipati Bang Wetan merupakan orang yang tidak mudah dikalahkan. Dalam taktiknya, Joko Umbaran berhasil melakukan pendekatan dengan Buntoro, seorang benggolan rampok. Buntoro salah satu perampok yang mencuri Kiai Plered.
            Banyak versi yang menceritakan mengenai perjuangan Joko Umbaran memboyong Kiai Plered dari Pasuruan menuju ke Mataram. Pada dasarnya, Joko Umbaran berhasil melakukan taktik perang dengan sangat halus. Ia tidak berperang melalui fisik dan pusaka, tetapi ia berhasil mengadakan musyawarah kepada pembesar Adipati Bang Wetan. Kiai Plered berhasil diboyong ke Mataram dan Adipati Bang Wetan menyatukan diri dengan Mataram. Dan Joko Umbaran diangkat menjadi pangeran dengan nama Pangeran Purbaya. Usaha yang dilakukan oleh Ki Ageng Giring dalam mengembalikan wahyu kelapa hijau sudah menjadi kodratnya. Selang beberapa masa, lahirlah putra di istana Mataram dan Purbaya dua lelaki yang bersamaan waktunya. Pada kesempatan itu, Pangeran Purbaya dikenal dengan Pangeran Rangsang. Dalam versi lain, Pangeran Rangsang adalah adik Mas Jolang. Versi daerah Berbah menyatakan bukan adiknya. Putra Purbaya yang berasal dari wahyu Ki Ageng Giring.
            Pangeran Rangsang kemudian hari menggantikan Mas Jolang dan dikenal dengan sebutan Sinuwun Sendangkrapyak. Maka secara halus, samar, dan tidak menimbulkan darah saluran Ki Ageng Giring kembali. Muncul sebagai seorang yang kenamaan, unggul. Sultan yang tangguh dan cakap dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Akhirnya, perjalanan hidup Pangeran Purbaya terhenti. Wafat di daerah Wotgaleh, Berbah. Hingga kini dianggap seorang yang memulai kebesarannya di wilayah tersebut.
            Segala yang tersirat dari kisah Pangeran Purbaya, di samping menggugah kehendak ksatria, itu merupakan persyaratan rohaniah dan jasmaniah yang kuat. Hendak sanggup dan mampu membuktikan lebih dahulu. Yang dibuktikan adalah pemikiran yang mendalam, yaitu kelahiran Mataram oleh Ki Ageng Pemanahan meskipun itu adalah wahyu yang didapatkan Ki Ageng Giring. Dari situ tersirat makna kehidupan yaitu penerimaan terhadap kodrat, bagaimana seseorang itu menentukan ahir hidupnya atas awal kehidupannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Nusantara "Lembu Suro"

Cerita Rakyat Nusantara "Batu Golog"