Cerita Rakyat Nusantara "Lutung Kasarung"


Cerita Rakyat Daerah Jawa Barat
15. Lutung Kasarung
            Di Jawa Barat, terdapat kerajaan yang dikuasai oleh seorang raja yang arif dan bijaksana dalam setiap menentukan keputusan. Raja tersebut bernama Prabu Tapa Agung. Ia memiliki dua orang putri yang cantik dan digandrungi para pemuda negeri itu. Putri pertama bernama Purbararang dan si bungsu bernama Purbasari. Mereka sangat cantik dan manis.
            Mereka berdua memiliki watak yang berbeda meskipun sama-sama cantik. Purbasari senang belajar dan disayangi oleh Prabu Tapa, sedangkan Purbararang lebih senang menggunakan waktunya untuk bermain-main. Dia tidak peduli dengan urusan kerajaan, tetapi setiap keinginannya harus terwujud. Begitu terus hingga mereka menginjak usia dewasa. Sekian lama Prabu Tapa memimpin kerajaan menjaga kedamaian dan kemakmuran rakyat hingga usinya semakin lanjut. Prabu Tapa berkehendak akan segera menyerahkan kekuasaannya agar diteruskan oleh putrinya. Lalu kedua anaknya, Purbararang dan Purbasari dipanggil di gedung agung kerajaan. Mereka berdua diajak untuk membicarakan masalah penerusan tahta bersama dengan para pembesar kerajaan.
            “Wahai, anak-anakku Purbararang dan Purbasari. Saat ini usia Ayah sudah renta, dan kondisi badan ini semakin renta. Sudah saatnya Ayah memilih satu di antara kalian berdua untuk meneruskan tahta kerajaan. Ayah sudah mempertimbangkan segala sesuatu. Ayah memtuskan bahwa Purbasari yang akan menjadi ratu,” ungkap Prabu Tapa.
            Semua pembesar kerajaan mendengar keputusan tersebut, termasuk Purbararang yang sangat terkejut. Purbararang tidak terima atas keputusan itu karena yang berhak menjadi ratu adalah dirinya, sebagai putri sulung Prabu Tapa. Secara diam-diam Purbararang pergi dari istana karena merasa sakit hati dan malu. Ia dendam terhadap Purbasari. Saat malam tiba, Purbararang pergi menemui seorang nenek sihir agak jauh dari kerajaan. Dia berjalan melewati gelapnya hutan dan sampai di pinggir sungai. Di sana Purbararang memanggil-manggil nenek sihir. Lalu munculnya nenek sihir itu langsung menatap wajah Purbararang. Tanpa rasa takut, Purbararang langsung menceritakan maksud kedatangannya. Purbasari diajak masuk ke dalam rumah nenek sihir dan setelah duduk, ia bercerita lagi. Seketika nenek sihir membacakan mantranya di atas air bunga di tengah-tengah sesajian. Saat itu juga yang terjadi pada diri Purbasari mengalami sakit. Kulitnya berubah menjadi kasar dan bertotol-totol hitam. Tidak ada keindahan dan kelembutan pada kulit Purbasari akibat pengaruh kuat mantra jahat si nenek sihir.
            Saat pagi hari, Purbasari bangun dari tidur dan langsung berteriak sambil menangis. Orang-orang mendengar kabar tersebut dari keluarga kerajaan. Mereka banyak yang bergumam dan bergosip.
            “Lihatlah Purbasari! Penampilannya menjadi sangat menjijikkan. Dia pasti kena kutukan dari alam. Dia tidak pantas menjadi ratu kita,” ujar orang-orang.
            Prabu Tapa Agung tampak sedih melihat keadaan putrinya. Sang prabu justru bertambah sakit setelah merasakan penderitaan putrinya itu. Terlalu berat beban hati yang dirasakan Prabu Tapa, akhirnya ia meninggal dunia. Purbararang langsung mengumumkan diri bahwa penerus kerajaan adalah dirinya. Dia menyuruh beberapa pengawal kerajaan untuk menangkap Purbasari ke dalam hutan dan harus tinggal di sana dengan alasan agar penyakitnya tidak menulari penduduk. Hati Purbasari menjadi kacau dan bertambah sedih. Selama ini belum pernah hidup sendiri di dalam hutan. Namun, para pengawal merasa kasihan melihat Purbasari ditinggal di tengah hutan. Mereka berbaik hati menolong Purbasari dengan membuatkan sebuah gubuk.
            “Sabarlah, wahai Putri Purbasari. Engkau adalah putri yang baik dan rajin. Cobaan ini pasti berakhir karena Tuhan mengetahui semua peristiwa ini,” ujar pengawal.
            Dari balik pepohonan di atas gubuk itu, tiba-tiba muncul seekor kera hutan berbulu lebat. Kera itu meloncat-loncat kegirangan agar kesedihan Purbasari menjadi sirna. Kera itu membawakan buah-buahan dan bunga-bunga hutan yang semerbak harumnya. Purbasari menjadi terhibur atas kebaikan kera hutan itu. Ia menjadi semakin akrab ketika kera itu duduk bersamanya memakan buah-buahan yang segar. Lalu Purbasari memberikan nama kepada kera itu dengan sebutan Lutung Kasarung.
            Suatu pagi, Purbasari melihat lutung sudah membawakan buah pisang tepat di pintu gubuk. Purbasari mengucapkan terima kasih. Lalu si lutung pergi dan Purbasari mengikuti ke arah lutung pergi. Ternyata Lutung Kasarung sedang duduk bertapa di bawah pohon beringin yang besar. Lutung Kasarung memohon kepada Tuhan dengan hati yang tenang. Tiba-tiba saja tanah di sekitar lutung bertapa bergerak dan merekah lalu keluar air yang menggenang. Air itu semakin banyak dan membentuk sebuah kolam yang jernih airnya. Airnya jernih kebiruan dan harum seperti bunga yang pernah lutung berikan kepada Purbasari. Melihat genangan air itu, Purbasari tergerak hatinya untuk membersihkan diri di kolam itu. Ia berendam di kolam jernih itu. Setelah berendam, Purbasari berdiri dan ternyata terjadi keajaiban. Kulit Purbasari yang berpenyakit itu telah sembuh dan kembali menjadi putih bersih dan halus. Purbasari sangat bahagia dan berterima kasih kepada Lutung Kasarung tak henti-hentinya. Ia terharu dan hampir menangis tetapi tidak jadi.
            Purbasari sadar bahwa kesembuhannya adalah berkat kebaikan Lutung Kasarung. Ia memutuskan untuk kembali ke istana kerajaan. Ia mengatang si lutung agar ikut ke kerajaan. Sesampainya di kerajaan, Purbararang tampak terkejut dan jantungnya berdegup kencang melihat Purbasari kembali ke kerajaan dengan kulit yang putih bersih. Purbararang tidak terima bahwa Purbasari telah sembuh sehingga ia mengajak untuk beradu panjang rambut. Siapa di antara mereka yang memiliki rambut panjang, maka ia yang akan menjadi ratu. Setelah sepakat dan disaksikan pengawal kerajaan, mereka menguraikan rambut. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang dan hitam pekat berkilauan dibandingkan dengan rambut Purbararang. Namun, Purbararang masih tidak terima. Ia mengajak adiknya untuk beradu ketampanan kekasih. Purbararang memperkenalkan kekasihnya yang bernama Indrajaya. Wajahnya tampan dan perawakannya gagah perkasa. Setiap wanita yang berpapasan dengannya pasti langsung terpana mengagumi ketampanan dan kewibawaannya.
            Purbasari belum memiliki kekasih. Ia bingung dan panik. Yang berdiri di sampingnya hanya seekor lutung hutan dengan bulunya yang hitam pekat. Tanpa berpikir panjang, Purbasari langsung menarik lutung itu dan menyatakan bahwa kekasihnya adalah Lutung Kasarung. Seketika Purbasari tertawa terbahak-bahak karena tindakan adiknya yang pasti tidak akan menjadi ratu karena tidak memiliki kekasih hati.
            “Amboi! Inikah kekasih hatimu, wahai adikku?” ejek Purbararang sengit.
            Raut wajah Purbasari berubah diam saja, tanpa menebarkan senyum cantiknya. Lagi-lagi muncul kejadian ajaib. Lutung Kasarung dikelilingi oleh asap putih pekat. Semua keluarga kerajaan yang melihat itu menjadi takut. Namun ketakutan mereka segera berubah ketika muncul sosok pemuda tampan dari dalam kepulan asap putih itu. Ketampanannya melebihi Pangeran Indrajaya. Kegagahannya juga demikian. Ternyata Lutung Kasarung bukanlah lutung sembarangan. Ia merupakan seorang pangeran kerajaan yang pernah dikutuk menjadi lutung oleh nenek sihir. Purbararang akhirnya mengaku kalah atas kemenangan adiknya. Dia mengakui kesalahan yang pernah ia perbuat. Ia memohon ampun terhadap Purbasari, keluarga, dan penduduk negeri.
            Setelah itu Purbasari diangkat menjadi ratu oleh keluarga kerajaan dan penduduk negeri. Ia menikah dengan pangeran tampan yang selama ini telah menemani dan menjaganya selama berada dalam masa penyembuhan di hutan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Nusantara "Lembu Suro"

Cerita Rakyat Nusantara "Batu Golog"

Cerita Rakyat Nusantara "Pangeran Purbaya"