Cerita Rakyat Nusantara "Raja Hunginaa"


Cerita Rakyar Daerah Sulawesi Utara    
  

23. Raja Hunginaa
            Pada zaman dahulu kala di daerah pesisir Danau Limboto yang luas dan dalam, telah terjadi perubahan alam. Lama-lama danau itu menjadi sempit. Daerah itu merupakan daerah kekuasaan Raja Hunginaa. Akibat perubahan alam tersebut, raja mencari pemukiman baru bersama dengan rakyatnya. Ia sangat mahir mencari daerah pemukiman yang baru. Saat raja dan rakyatnya akan berpindah, ia mempersiapkan bibit bambu untuk ditanam di tempat yang akan ditinggali. Bambu itu sengaja digunakan raja untuk menguji tanah yang akan ditinggali itu layak dihuni atau tidak. Jika bambu tidak dapat tumbuh dengan subur, tidak utuh, bahkan pecah, maka hal itu adalah tanda yang tidak baik dan akan berpengaruh terhadap kehidupan rakyatnya.
            Melihat pertumbuhan bambu tidak subur dan pecah, raja berpindah tempat. Daerah yang dikunjungi itu tidak luput dari ujian, dengan menanami bambu. Raja saat memutuskan kebijakan untuk kepentingan rakyatnya pasti melakukan musyawarah terlebih dahulu. Lalu raja memerintahkan agar segera dilaksanakan bersama-sama. Usaha-usaha raja mencari pemukiman yang baru bagi rakyat mengalami beberapa kali perpindahan. Itu terjadi karena keadaan tanah daerah setempat memang tidak layak huni. Perjalanan mencari pemukian baru makin jauh dari Danau Limboto dan banyak rintangan yang sulit dihadapi rakyat. Namun, sang raja selalu memberikan semangat dan harapan kepada rakyatnya. Sang raja selalu memperlihatkan semangat dan kegembiraan di tengah-tengah perjuangannya mencarikan pemukiman baru.
            Setelah beberapa lama, mereka menemukan daerah yang cukup luas dan datar, penuh dengan serta nanas. Di dekat daerah itu terdapat sungai yang mengalir deras. Rakyat memperkirakan bahwa tempat tersebut sangat baik dan layak digunakan sebagai daerah pemukiman. Namun, setelah sang raja membersihkan badan di sungai tersebut, ada perintah agar perjalanan diteruskan. Seketika rombongan terkejut. Hingga sekian lama, sampailah mereka di pesisir pantai yang berbentuk teluk, yaitu bagian laut yang menjorok ke darat. Di teluk itu terdapat banyak semak belukar. Setelah raja mencoba menanamkan bambu, ternyata bambu pecah, belum memenuhi syarat yang diharapkan sang raja. Beberapa berjalan, sang raja dan rakyatnya tiba di suatu tempat yang ditumbuhi oleh beraneka pepohonan. Tempat itu dianggap sebagai hutan belantara yang sangat sulit dirambah. Ternyata tempat itulah yang dikehendaki sang raja.
            Raja segera mempersiapkan diri dan memerintahkan rakyatnya agar memulai menebangi pepohonan dan membersihkannya. Pekerjaan itu sangat sulit dikerjakan sebab banyak pohon besar dan keras, tetapi raja tetap bersemangat sehingga membuat rakyat ikut bersemangat bekerja. Akhirnya dengan ketekunan, ketabahan hati, dan dijunjung bersama, terwujudlah harapan sang raja. Hutan belantara itu telah menjadi bersih dan dapat dijadikan sebagai tempat bermukim. Cita-cita dan perjuangan Raja Hunginaa terkabul, dan sang raja memberikan nama daerah itu dengan nama “Bunggalo”.
            Hati rakyat menjadi bahagia karena daerah Bunggalo sangat subur dan dapat menghasilkan panen yang berlimpah. Hal ini adalah berkat perjuangan dari sang raja. Raja Hunginaa tetap disayangi dan disegani oleh rakyatnya. Setelah itu rakyat bersama sang raja mempersembahkan terima kasih dengan mengadakan pesta yang ditujukan kepada Tuhan, bukan kepada Raja Hunginaa. Raja mengatakan bahwa, “Segala sesuatu yang kita kerjakan, baik itu hal yang buruk dan yang baik, telah ditentukan dan diatur oleh Tuhan. Sebab itu sebagai umatnya, haruslah kita tetap setia dan memohon pada-Nya agar selalu diberikan berkat yang melimpah”.
            Daerah Bunggalo tepat berbatasan dengan daerah yang pernah dihuni oleh penduduk lain. Daerah itu bernama Mongolato, dan dianggap angker sehingga penduduk meninggalkan tempat itu. Di daerah itu sering terjadi pertumpahan darah akibat permasalahan antar warganya. Korban akibat perkelahian di daerah itu tidak sedikit sehingga penduduk daerah Mongolato tidak tahan hidup di situ. Dan akhirnya mereka meninggalkannya menuju ke daerah pemukiman baru. Daerah yang sebelumnya sangat subur dan aman akhirnya menjadi angker akibat perbuatan penduduknya.
            Raja Hunginaa tidak menganggap bahwa daerah itu angker, tetapi justru raja memerintahkan rakyatny untuk membersihkannya dan digunakan sebagai daerah kekuasaan Raja Hunginaa. Ternyata tempat yang dianggap angker oleh rakyat sebelumnya ternyata justru memiliki tanah yang sangat subur dan dapat dimanfaatkan. Akhirnya daerah Bunggalo dan Mongolato dikenal hingga ke penjuru daerah di Gorontalo sebagai daerah lumbung makanan yang subur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Nusantara "Lembu Suro"

Cerita Rakyat Nusantara "Batu Golog"

Cerita Rakyat Nusantara "Pangeran Purbaya"